Dan apabila Allah Subhanahu wata’ala menghendaki kejelekan pada seorang hamba: Yang dimaukan adalah adzab akhirat.
Maka Allah Ta’ala akan menangguhkan (hukumannya) atas dosanya: Yakni mengakhirkan hukuman akibat dosa yang dia lakukan.
Hingga genap di hari kiamat: yakni didatangkan semua dosanya secara utuh di hari kiamat.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengabarkan bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala akan menimpakan berbagai ujian (musibah) kepadanya hamba-Nya yang mukmin, yang demikian itu untuk membersikan dia dari dosa-dosa dan kesalahan yang dia perbuat selama hidupnya, supaya nanti di hari kiamat akan ringan bebannya dan dia menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya [1]. Dan bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala akan menahan (tidak memberikan) musibah kepada sebagian manusia bukan karena cinta atau memuliakannya akan tetapi hal itu adalah istidraj [2] untuknya dalam kehidupannya. Supaya dia datang pada hari kiamat dengan dosa yang sangat banyak dan berat bebannya dan ia pasti akan mendapat adzab Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala memberikan keuatamaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan menghukum siapa saja dengan keadilan-Nya. Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat akan tetapi merekalah yang akan ditanya.
Faidah hadits ini
1. Penetapan bahwasanya Allah Taala memiliki sifat Al Iradah (Maha Menghendai) sesuai dengan keagungan-Nya.
2. Bahwasanya kebaikan dan keburukan adalah takdir dari Allah ta’ala.
3. Bahwasanya ujian (musibah) yang menimpa seorang mukmin adalah tanda kebaikan selama dia tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang mukmin atau melakukan perkara-perkara yang diharamkan.
4. Hendaknya khawatir jika selalu diberikan kenikmatan atau kesehatan (tidak pernah tertimpa ujian atau musibah).
5. Wajibnya berbaik sangka kepada Allah Ta’ala atas apa-apa yang menimpa dirinya dari perkara yang tidak dia senangi.
6. Tidak musti karunia Allah Ta’ala adalah perkara yang disukai seorang hamba.
Keterkaitan hadits dengan bab “Termasuk Dari Keimanan Adalah Bersabar terhadap Takdir Allah Ta’ala”
Hadits ini menunjukkan dalil bahwasanya di antara sifat-sifat keimanan adalah bersabar terhadap apa-apa telah ditakdirkan atasnya dari berbagai ujian (musibah) karena itu baik untuknya [3].
[1] Allah Ta’ala berfirman,
[2] Sebagaimana firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala:
Sebagian ulama ahli tafsir mengatakan tentang ayat di atas: “Janganlah kamu tertipu terhadap harta benda dan anak-anak (yang Allah berikan kepada) orang kafir di kehidupan dunia, hanya saja Allah menghendaki yang demikian, agar Dia mengadzab mereka di akhirat kelak.” Inilah yang dinamakan dengan istidraj. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman:
[3] Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiallahu‘anhu, Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
Semoga Bermanfaat, Amin....
0 comments:
Post a Comment